Puisi Cinta Buya Hamka
HANYA HATI
Gajiku kecil
Pencaharian lain tak ada
Kicuh buku aku tak tahu
Korupsi aku tak mahir
Berniaga aku tak pandai
Kau minta permadani
Padaku hanya tikar pandan
Tempat berbaring tidur seorang
Kau minta tas atom
Padaku hanya kampir matur
Kau minta rumah indah perabit cukup
Lihatlah! Gubukku tiris
Kau minta kereta bagus
Aku hanya orang kecil
Apa dayaku
Kekayaanku hanya satu, dik
Hati
Hati yang luas tak bertepi
Cinta yang dalam tak terajuk
Bukittinggi, 1948
(Kenang-kenangan Hidup Buya Hamka)
Catatan: Puisi cinta tentang "kekayaan hati" itu ditulis Buya Hamka untuk istri tercintanya Siti Raham. Buya Hamka bercerita pada anaknya, Rusydi Hamka, bahwa istrinya Siti Raham merupakan wanita yang setia dan Qona'ah. Ia tidak meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya yang hanya sebagai seorang guru agama. Setelah menjalani pernikahan selama beberapa tahun, Buya Hamka begitu mensyukuri bahwa ayahnya telah memilihkan seorang wanita yang begitu mulia dan rendah hati. Walau dalam keadaan yang serba kekurangan, Siti Raham tetap mempertahankan kehormatan suaminya dan begitu teliti dalam menjaganya. Pernah Buya Hamka hendak menjual beberapa helai kainnya untuk nafkah keluarga, tetapi Siti Raham mencegahnya, "Kain Angku Haji jangan dijual, biar kain saya saja, karena Angku Haji sering ke luar rumah. Di luar jangan sampai Angku Haji kelihatan sebagai fakir miskin", kata istrinya. Puncak penderitaan keluarga Buya Hamka tatkala Belanda menduduki Padang Panjang dalam Agresi Militer Kedua tanggal 19 September 1948. Istri dan anak-anaknya diungsikan ke kampung Sungai Batang. Sementara Buya Hamka sendiri berkeliling di daerah pedalaman menjadi juru penerangan rakyat, dalam kedudukannya sebagai Ketua Front Pertahanan Rakyat Sumatra Barat. Berbulan-bulan tidak pulang, sementara istri dan anak-anaknya tak tahu di rimba mana dia berada.
(Disarikan dari buku "Pribadi dan Martabat Buya Hamka Karya Rusydi Hamka)
Posting Komentar untuk "Puisi Cinta Buya Hamka"